Rabu, 23 Desember 2009

Al Asma' Al Ilahi

Sebutan nama “Allah” menujukkan Dzat Illahi, sedangkan yang lain menunjukkan sifat-sifat-Nya. Oleh karenanya penggunaan nama-nama yang diputuskan sebagai dzikir dan wirid utama seseorang, disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan spiritual seorang sufi. Dalam beberapa tarekat sering para guru memutuskan nama Allah yang berbeda bagi masing-masing muridnya.

Harus pula dipahami meskipun setiap kali salah satu nama Illahi disebutkan, berarti Allah disebutkan melalui seluruh nama-Nya. Syekh Ni’matualiah menyatakan,” Bagi semua nama Allah Dzat adalah Esa. Maka semua nama sebenarnya hanya satu juga”.

Dalam bahasa Syekh Siti Jenar, asma’ Allah biasa berubah menjadi Gusti, Dzat Maulana, Sang Hyang Widhi, Pangeran, Gusti Allah, dan sebagainya. Menurutnya, nama Tuhan adalah buatan manusia. Dimana Dia disebut sesuai dengan bahasa orang yang menyebut-Nya. Apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya, tentu sebutan yang terpuji. Oleh karenanya, seruan do’a dan panggilan untuknya juga beraneka ragam, “Ya Tuhan,,,”, “Ya Allah,,,” , juga “duh Gusti,,, “, dan sejenisnya.

Terdapat 12 dzikir asma’ Allah (tiga diantaranya adalah nama Keesaan, tauhid, Allah) yang sangat utama dan sering digunakan dalam berbagai tarekat.
1. laa ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan selain Allah)
2. Ya Allah (nama Dzat Allah)
3. Ya Huwa (nama Allah yang tanzih)
4. Al-Haqq ( Yang Hakiki)
5. Al Hayy (Yang Hidup)
6. Al Qayyuum (Yang Berdiri Sendiri dan kepada-Nya segala makhluk bergantung)
7. Al Qahhaar (Yang Maha Perkasa Yang Mengatasi seteru-seteru-Nya)
8. Al Wahhaab (Yang Memberikan Tanpa Permintaan atau Dituntut)
9. Al Fattaah (Yang Membuka)
10. Al Waahid (Yang Satu)
11. Al Ahad (Yang Esa)
12. Al Shamad (Yang kepada-Nya Segala Sesuatu Bergantung)

Tujuh asma’ paling awal kadang juga disebut sebagai al-asma’ al-ilahi yang mengacu pada tujuh petala langit (sab’ sama’) dan cahaya-cahaya Illahi (an-waar ilaahi).

Hendaknya nama-nama tersebut didzikirkan dengan hati. Sejalan dengan tujuan utama dzikir-nya, yakni mengingatkan diri tentang kebesaran dan kemahaagungan Allah serta menggambarkan arti nama-nama dan sifat-sifat yang ada dalam dzikir. Peran hatipun akan menjadi dominan. Dengan cara ini, mata hati akan melihat nur tauhid (cahaya Keesaan). Apabila nur Dzat Ketuhanan ter-dzahir-kan atau tertajalli, semua sifat kebendaan atau fisik akan hilang musnah. Semua yang ada menjadi kosong belaka. Inilah kesadaran dimana semua perkara menjadi fana’. Tajalli atau pen-dzahir-an nur Ketuhanan ini memadamkan semua cahaya yang lain. “Setiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah,” (QS Al-Qashash/28:88). “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki,” (QS Al-Ra’d/13:39).

Ketika semua telah lenyap, yakni fana’ dihadirat Allah, yang tertinggal hanya Ruh Suci (Ruh al Quddus). Ia melihat dengan Nur Allah. Ia melihat Allah, Allah melihat dia. Ia melihat dengan Allah, ia melihat dalam Allah, ia melihat untuk Allah. Tidak ada bayangan dan tidak ada yang menyerupai Allah. La ilaha illa Allah, la ilaha illa Ana.

Satu yang tertinggal dan mutlak, yakni Nur Suci, sang Ingsun Sejati. Suati karunia yang tinggi yang diberikan kepada orang yang utama. Tidak ada yang ingin diketahuinya pada tingkat ini. Inilah puncak yang dapat dicapai manusia ketika berada di alam fana’ ini. Tidak ada lagi apa pun, kecuali Allah. Dan tidak ada lagi siapa dan apa pun yang menjadi celah diantaranya dengan Allah.

Dan semua itu merupakan kesadaran rohani yang sangat dalam artinya. Hasil dari mengenang dan memusatkan renungan hati pada maksud dan pengertian batin dari sifat dan asma’ Allah. Dalam dirinya kini hanya tinggal kebaikan yang dipenuhi kesyukuran, husn al-dzan, serta ketinggian himmah terhadap Allah. Bahkan terhadap kenikmatan pun ia menjadi lupa, karena sudah terlalu asyik dengan Allah. Dia juga tidak ingat lagi dengan segala bahaya dan bencana, karena sibuk dengan Allah, Ma’iyyatullah. Dan pada dirinyalah terletak banyak karamah yang setiap saat dapat muncul anugerah Allah kepadanya. Itulah keadaan sang insan kamil, auliya’ Allah.

Tidak ada komentar: